Sabtu, 18 Januari 2014

Abdurrahman Mohammad Fachir

Abdurrahman Mohammad Fachir, disingkat A.M. Fachir, ditulis dalam bahasa Arab عبد الرحمن محمد فاخر (lahir di Banjarmasin, 26 November 1957; umur 56 tahun) adalah seorang diplomat. Fachir pernah menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Republik Arab Mesir, sejak September 2007 sampai dengan Juni 2011. Saat ini ia menjabat Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Nama Abdurrahman Mohammad Fachir berasal dari bahasa Arab. Abdurrahman عبد الرحمن berarti hamba Allah Yang Maha Rahman (Pengasih), Mohammad محمد berarti yang terpuji atau mendapat pujian, dan Fachir فاخر berarti yang hebat (excellent dan superior).
Dengan demikian, nama Abdurrahman Mohammad Fachir artinya hamba Allah yang terpuji dan hebat.

Pendidikan

Fachir menyelesaikan pendidikan dasarnya di Banjarmasin, lalu pada tahun 1972 ia berangkat ke Pulau Jawa untuk mengenyam pendidikan tingkat menengah di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dan Pondok Modern Darussalam Gontor. Tahun 1978, ia bertolak menuju ibukota guna melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra dan Bahasa Arab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Selama kuliah di "Kampus Pembaharu" yang beralamat di Ciputat, ia pernah mengikuti pertukaran pemuda ASEAN-Jepang (Nippon Maru) 1978.
Fachir termasuk salah satu pemain band kampus. Ia dikenal sebagai seniman. Ia juga aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia pernah menjabat Ketua LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam) ketika Azyumardi Azra menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat periode 1981-1982.
Fachir diwisuda sebagai sarjana bergelar doctorandus (Drs) pada bulan Agustus 1983, setelah dinyatakan lulus dalam ujian skripsi. Judul skripsinya adalah “Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra” (Terpengaruhnya Prosa Modern oleh Gerakan Nasionalisme di Mesir), yang disusun dalam bahasa Arab.[1]

Perkawinan

Fachir bersama keluarga pada Idul Fitri 2008. Dari kiri: Ifa, Ila, Fachir, Yasmin dan Ais
Fachir menikah pada tanggal 7 Januari 1983 dengan Yasmin Sukmawira (lahir di Samarinda, 13 November 1958) dan telah dikaruniai tiga anak, yaitu:
  1. Rif'at Syauqi Rahman Fachir (Ifa), lahir bulan Oktober 1983, mantan pemain keyboard Band Maliq & D'Essentials
  2. Nabila Fauzia Rahman Fachir (Ila), lahir tahun 1988
  3. Faris Karami Rahman Fachir (Ais), lahir tahun 1994

Karier Diplomat

Pada bulan November 1983, Fachir diterima sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian Luar Negeri. Ia memulai karier di kementerian yang saat itu dipimpin oleh Prof. Dr. Mochtar Kusuma Atmadja, SH sebagai Pjs. Kepala Seksi Dewan Keamanan PBB Direktorat Organisasi Internasional pada tahun 1985.
Tahun 1988 Fachir ditugaskan di KBRI Baghdad sampai tahun 1992, saat-saat terjadinya invasi Irak terhadap Kuwait yang kemudian menyulut Perang Teluk I. Dalam peperangan yang berkecamuk, Fachir bersama para staf KBRI Baghdad harus mengungsikan ratusan WNI, sebagian besar TKW, keluar dari Baghdad menuju Yordania. "Jarak evakuasi ada ribuan kilometer dari Baghdad. Kami pun lewat di tengah peperangan. Alhamdulillah, Allah masih melindungi kami. Deg-degan juga, dan sampai sekarang masih sering teringat kejadian itu,” kenang Fachir.[2]
Sepulang dari negeri Saddam Hussein, Fachir lalu diperbantukan pada Badan Pelaksana Ketua Gerakan Non Blok (GNB) saat Indonesia memimpin GNB (1992-1995) dan kemudian menempati pos di Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York sebagai Penanggung jawab Satuan Tugas GNB pada tahun 1995-1999. Fachir kemudian ditunjuk sebagai Kepala Subdit Politik dan Keamanan, Direktorat Organisasi Internasional Kementerian Luar Negeri, sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Panitia Kerja Tetap Antar Departemen pada tahun 1999-2002 . Setelah itu, ia dipercaya sebagai Kepala Biro Naskah dan Penerjemahan Sekretariat Negara sekaligus sebagai Penerjemah Resmi Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2002-2004.[3]
Tahun 2004 Fachir diangkat menjadi Wakil Kepala Perwakilan di Malaysia, dan menjadi Kuasa Usaha Ad Interim semenjak berakhirnya masa jabatan Duta Besar Rusdiharjo, pada Februari 2007. Meskipun hanya kurang satu tahun menjabat Kuasa Usaha Ad Interim di Malaysia, ia telah banyak melakukan perubahan. Antara lain, pengurusan paspor tidak bisa lagi melalui agen. Yang bersangkutan harus mengurus langsung. Peran Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI di KBRI Kuala Lumpur juga sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu banyak kasus yang berhasil ditangani, walaupun masih ada yang sedikit tercecer.[4]

Duta Besar di Mesir

Presiden SBY menyampaikan selamat kepada Fachir usai dilantik menjadi duta besar
Fachir dilantik sebagai duta besar di Mesir pada tanggal 5 September 2007 bersama dengan enam duta besar lainnya, seperti Marty Natalegawa untuk posisi duta besar di PBB.[5] Ia tiba di negeri Piramida tanggal 30 Oktober 2007 dan tercatat sebagai duta besar ke-18 menggantikan Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA yang habis masa tugasnya 30 November 2005.
Sumber:  http://id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar