Rabu, 15 Januari 2014

Rodani Ikhwan

    Berkah Menyiram Halaman Pondok


Setelah jatuh bangun, Rodani menekuni usaha 
penjualan air minum kemasan beromset ratusan galon.

Seperti biasa, mobil pick up warna biru plat nomor 
W 77553 D dengan muatan air minum dalam kemasan dan minuman ringan lainya, melaju menghampiri toko - toko dan kios - kios di kawasan Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur. Dengan penampilan sederhana, Rodani Ikhwan mengantarkan barang daganganya ke pelanggan, dari pagi hingga sore.

Alumni Pondok MOdern Darussalam Gontor 1987 itu mengawali bisnis minuman pada tahun 1996. Sebelumnya, ia sempat membuka toko klontong. Namun usaha ini kurang cocok baginya. Ia bangkrut.Rodani akhirnya beralih menjual air minum kemas botolan dan galonan. "Saya memulai bisnis dengan modal Rp 2 jt. itu pun pinjaman dari orang tua," paparnya.

Bisnis minuman, kata Rodani, memerlukan kerja keras, keuletan, dan kejujuran. "Meski harga kita tinggikan sedikit pelanggan tetap setia asal kejujuran bisa kita pertahankan," ungkap bapak dua anak ini, Narendra Jabbar dan Muhammad Shofiudin Hakim itu.

Kegagalan usaha sebelumnya, kata Rodani merupakan kesuksesan yang tertunda. Ia yakin suatu saat nanti pasti akan menemukan jalan yang terbaik. Ia selalu mengingat ajaran kyai Zarkasyi, pendiri Pondok Modern Gontor, bahwa kalau sekarang kita tidak berhasil, itu merupakan kesuksesan yang tertunda dan jangan putus asa.

Berkat keuletan dan kejujuranya, Rodani kemudian dipercaya pabrik Aqua dan Coca Cola untuk menjadi distributornya. Kesempatan emas ini tidak di sia - siakanya. "Awalnya saya hanya mengambil sepuluh krat dan akhirnya usaha saya bisa berkembang dan bertahan hingga sekarang," papar suami Dewi Aminah ini.

Namun kesuksesan tidak selamanya berpihak pada Rodani. Saat musim hujan tiba, misalnya, atau ketika pabrik memberikan 'harga rusak' yang terlalu rendah, omset bisnis rodani bisa turun hingga 25 persen. Namun jika kondisi cuaca normal dan pabrik tidak memberikan 'harga rusak', ia bisa menjual 100 - 150 krat minimum per hari. Bahkan kalau musim panas, ia sanggup menjual minuman sampai 200 krat di tambah 400 - 500 galon air minum.

Berkat kegigihanya, Rodani dapat membeli dua mobil pick up untuk pengembangan bisnisnya. "Alhamdulillah dengan dua pick-up bisnis saya lancar,". Kendati sibuk, Rodani masih menyempatkan diri mengajar di Pondok Pesantren Al-Fadhillah di kawasan Tamak Sumur Surabaya. Mata pelajaran yang dipegangnya Mahfudhot, persis yang di terimanya di Gontor dulu. Nuansa kehidupan di pondok pesantren memang tak pernah bisa lepas dari sosok Rodani.

Bisnisnya saat ini, diakui 'berakar' dari Pondok Modern Gontor. Dulu saat menjadi santri, ia kebagian tugas menyirami halaman dan jalanan di komplek pesantren yang kerap berdebu terutama tinggal di pondok, ia akrab dengan air. Dengan mesin diesel, saya dulu kebagian tugas menyrempoti jalanan," kenang pria sempat menikmati bangku kuliah delapan semester Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Sumber : Majalah Gontor red ( Fathurozi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar