Kamis, 16 Januari 2014

Yayan Suryana

Purwakarta (SI ONLINE) - Rasanya dagingnya di atas ayam negeri dan ayam kampung, dengan harga di antara keduanya. Itulah ayam herbal, yang dipersembahkan wirausahawan muda alumni Ponpes Darussalam Gontor Ponorogo.

Ayam herbal bukan produk latah lantaran sedang tren serba-herbal. ‘’Disebut ayam herbal, karena pakannya adalah ramuan herbal beberapa tanaman obat seperti kunyit, daun poh-pohan yang biasa untuk lalap, dan lain-lain,’’ ungkap Yayan Suryana, alumnus Gontor yang sudah puluhan tahun berpengalaman di usaha ayam.

Setelah sepuluh tahun menjadi manager marketing area Jawa Barat di sebuah perusahaan ayam potong,  sejak tujuh bulan lalu Yayan berkongsi dengan Lukman Hakim. Dengan bendera PT Elha Narita Perkasa, mereka membuka peternakan ayam di Kampung Cipedes, Desa Cibeber, Kecamatan Kiara Pedes, Purwakarta, Jawa Barat.

Keduanya sepakat, produk mereka harus halal-thayib. Maka, ayam herbal yang bersertifikat halal, jadi pilihan. A’baik Chicken, produk ayam potong mereka, mendapat sertifikat halal dari LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, Kosmetika) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sedangkan kualitas kesehatannya (thayib) dibina oleh Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor.

Ayam herbal atau ayam probiotik, sehat dan bermanfaat bagi tubuh. Selain ramuan herbal, ayam ini diberi pakan tambahan probiotik yang berfungsi mengatur keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Probiotik mengandung bakteri asam laktat hidup. Bakteri ini tidak patogen, aman dan bersifat menyehatkan serta membantu meningkatkan efisiensi pencernaan.
Walau bibitnya ayam broiler,  namun seluruh proses produksi A’baik Chicken bebas dari bahan kimia dan rekayasa genetika, mulai dari pengembangbiakan sejak dari benih, lingkungan, hingga pengemasan.


Ayam-ayam sedang menyimak lantunan murathal dari sebuah tape recorder (foto: bowo)
Untuk asupan cairan, ayam diberi minum air isi ulang guna menghindari bakteri. Harga A’baik Chicken di peternak antara Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram. ‘’Kami mengambil untung bersih sangat tipis,’’ ungkap Yayan.

Manager Marketing A’baik Chicken, Amin Sugiharto, optimis usaha mereka bakal berkembang. Sebab, A’baik Chicken diserap oleh komunitas HPA (Herbal Penawar Alwahida) yang menginduk pada HPA Pusat di Malaysia.

‘’Di Indonesia, komunitas HPA sekitar 400 ribu pewirausaha. Merekalah yang jadi konsumen sekaligus agen-agen pemasaran kami,’’ ungkap Amin.

Salah satu agen A’baik Chicken adalah Halalmart. Selain menjual daging ayam secara online, agen ini juga menjual dalam bentuk matang. ‘’Kami punya 8 gerobak ayam goreng A’baik untuk melayani pembeli di Depok,’’ kata Kusnadi dari Halalmart.

Amin yang alumnus Gontor mengakui, pihaknya masih agak kewalahan memenuhi permintaan pasar maupun calon investor yang ingin bergabung dalam usaha ayam herbal.

Kendala utamanya, tingkat kematian ternak yang masih tinggi. ‘’Kami tidak memakai vaksin ternak. Tingkat kematian ayam sampai 10% tiap angkatan produksi,’’ ungkap Yayan. Idealnya, laju kematian maksimal 3%. Untuk itu, Yayan dan Lukman terus memperbaiki proses peternakan ayamnya.

‘’Kami ingin usaha ini berkembang dengan proses alamiah, tidak instan. Makanya kami sangat selektif untuk menerima tawaran investasi,’’ kata Amin.
Namun, pihaknya menyambut baik bila ada yang ingin jadi agen pemasaran. ‘’Sistem kerjasama kami win-win solution, saling menguntungkan dan tidak memeras mitra usaha,’’ ujar Amin.
Sumber: http://www.suara-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar