Sabtu, 18 Januari 2014

Hamid Fahmi Zarkasyi M Phil


MISYKAT : pembelajaran islam intelektual dari ulama pemikir kontemporer Indonesia
Biografi singkat Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi

Beliau (Hamid Fahmi Zarkasyi ; disingkat HFZ) lahir dari keluarga ulama, ayahandanya seorang dari Tri Murti pesantren Gontor KH Imam Zarkasyi Rohimahullah. Terlahir dari keluarga islami modern, sehingga membentuk pribadi dan kejiwaan juga pendidikannya tidak terlepas dari lingkungan keilmuan dan keagamaan. Menamatkan pendidikan menengahnya di Kulliyatul Mualimin Al-islamiyah Pondok Modern Darussalam Gontor PonorogoJjawa Timur dan S1nya di institute studi Darussalam (ISID) di pondok yang sama. Pendidikan S2 ( MAEd) dalam bidang pendidikan di peroleh di The University of Punjab, Lahore, Pakistan (1986). Pendidikan S2 selanjutnya (M.Phil) dalam studi islam diselesaikan di University of Birmingham United Kingdom (1998). Sedangkan studi S3 (Ph.D) bidang pemikiran islam di selesaikan di International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) IIUM Malaysia (2006). Kini ia menjadi direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), direktur Center for Islamic andOccidental Studies (CIOS), ISID Gontor. Baru baru ini ia dipilih menjadi pimpinan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Sikap keilmuannya tercermin dari berbagai tulisannya di media masa. Ia mencoba mengkritik sesuatu yang di apresiasi orang, dan mengapresiasi konsep-konsep tradisional Islam yang selama ini dilupakan orang. Murid langsung Prof. Mohammad Naquib Al Attas ini pernah menjadi wakil umat Islam Indonesia dalam simposium tentang masa depan politik Islam di JIIA Tokyo 2008. Dalam bidang pendidikan ia adalah salah satu anggota dari tujuh Advisory Panel for International Academy of Islamic Education (IAME) yang berpusat di Malaysia (2010-sekarang). Sekarang selain aktif menulis di berbagai media masa dan beberapa jurnal, kesehariannya ia habiskan waktu untuk mengajar dan memimpin Program Kaderisasi Ulama dan Pascasarjana ISID Gontor Ponorogo Jawa Timur.
Sekilas Tentang Buku
Buku ini merupakan kumpulan tulisan beliau di majalah ISLAMIA dan jurnal Islamia di harian Republika selama tiga tahun (2009-2012). Saya berusaha mengikuti tulisan beliau setelah mengenal majalah ini. Setelah sekian lama menunggu karena jarang terbitnya majalah Islamia (semoga tidak tutup), akhirnya kumpulan tulisan beliau dibukukan. Buku ini di bagi dalam 2 bab, bab 1 berjudul De-Westernisasi terdiri dari 14 tulisan/makalah plus 1 tulisan berbentuk Tanya jawab, kebanyakan berisi tentang refleksi, memahami cara pandang barat khususnya tentang Ketuhanan, Agama, Humanisme dan isme-isme lain yang sengaja di gencarkan barat. Bab 2 berjudul Deliberalisasi, kurang lebih berisi tentang informasi faham-faham yang diusung barat, hal-hal yang ramai di bicarakan kalangan pemikir muslim seperti ideologi dan teologi liberal, moderat dan pluralisme, toleransi, sekularisme termasuk clash of worldview dan sedikit ghazwul fikri. Sama dengan bab 1 ditambah bahasan Tanya jawab yang unik tentang liberalisasi pemikiran islam.
Sebenarnya tidak cukup mewakili yang saya uraikan diatas, teman teman harus membacanya sendiri sampai baru akan merasakn ruh tulisan pemikiran yang brilian dan bernas. Tidak seperti buku pemikiran lain yang mungkin bagi sebagian orang termasuk berat. Dalam buku ini kita bisa merasakan renyahnya tulisan - refleksi tentang Islam dan liberalisasi dari seorang ahli yang menekuni dalam bidang ini cukup lama, enak di baca dan perlu (istilah majalah Tempo). Setiap tulisan umumnya 2-4 halaman, pendek-pendek tapi padat dan bernas, menjadikan saya termotivasi terus membaca sampai usai dengan spiderweb pikiran menyebar mengikuti apa yang dia utarakan. Subhanallh, sepertinya berlebihan tapi itu yang saya rasa. Mungkin saja bagi yang lain tidak seperti itu, dan sangat wajar.
Pada waktu kuliah saya sangat menungg- nunggu terbitnya majalah Islamia, walau terbit 3 bulan saya sering datang ke toko buku langganan hampir seminggu 3x, mudah mudahan ada info menarik tentang majalah ini, ada edisi khusus misalnya. Setiap edisi yang terbit pak Hamid mengisi kolom prolog dan epilog. Setiap kali baca setiap kali saya seperti orang besar dan pinter seperti dia (duilee..loba gaya ieu budak cumenol!), entah itu optimis dan semangat belajar atau justru panyakit hati yang ada di diri saya yang harus dijauhi, astaghfirullahal adzim. Ya itulah keuntungannya banyak membaca teman, apabila kita membaca, spirit itu akan selalu ada, dan buku buku yang di baca sangat mempengaruhi orang-orang yang membacanya. Inilah salah satu alasan kenapa cakrawala terbentuk.
Kembali ke yang tadi.
Banyak paham, ideologi atau keyakinan yang datang silih berganti kedalam pikiran umat islam dalam bentuk pendapat (opini), pandangan, ide, atau wacana lepas. Semua itu kita konsumsi melalui media masa, media elektronik ataupun diskusi-diskusi umum.
Tanpa disadari paham-paham itu merasuk kedalam alam pikiran umat islam dan bangsa indonesia, yang kemudian menjelma menjadi cara pandang masyarakat umum. Padahal hal itu berasal dari pandangan hidup barat yang tidak selalu sejalan dengan pandangan hidup bangsa indonesia yang heterogen ini. Sayangnya sejauh ini tidak banyak yang secara berani mengkritis pendapat-pendapat atau wacana-wacana itu dalam bentuk yang populis.
Buku ini adalah upaya melihat barat dengan program Westernisasi dan liberalisasinya secara obyektif, dengan tetap mempertahankan identitas dan cara pandang yang khas, yaitu islam.
Dengan adanya buku ini, kita akan di ajak bagaimana melihat hakekat barat dengan program-programnya secara kritis melalui berbagai aspek kehidupan, pemikiran, dan ide-ide dibelakangnya.

Sobat Cakra, saya belum membedah tulisan tulisan beliau, insyaallh di lain waktu, atau mungkin teman tertarik untuk membedahnya, sangat kita harapkan saya hanya memberikan pengantar saja untuk saat ini. Mohon maaf dari segala kekhilafan. Wallahu alam bishawab.
Referensi : buku misykat, refleksi tentang islam, westernisasi & liberalisasi, INSISTS Press , 2012.



3 komentar:

  1. Ustadz, kenapa tulisan tentang alumni gak dilanjutkan? www.syamsq.com

    BalasHapus
  2. "Jon, di desa kita ada warung jual miras. Ayo kita tindak!"

    "Nggak usah. Yang penting jadi orang baik."
    /
    Sebulan kemudian.

    "Jon, para pemuda mulai suka mabuk-mabukan di warung itu. Ayo kita tindak sebelum terlambat!"

    "Buat apa? Lha wong mereka juga nggak ganggu kita, kok."

    Sebulan lagi berlalu.

    "Jon, sekarang warung itu dibangun tambah megah. Nggak cuma jual miras, sudah ada pelacurnya juga. Setengah penduduk desa sudah jadi pelanggan. Kalau kita tidak menindak sekarang, besok-besok kita nggak akan punya kekuatan lagi."

    "Urus diri sendiri dulu, nggak usah ngurusin orang lain."

    Setahun kemudian.

    "Jon, desa kita sudah jadi pusat maksiat. Masjid mau dirobohkan. Kamu, sebagai ta'mirnya, juga akan diusir."

    "Lho, lho. Kok gitu? Ya jangan gitu, dong. Ayo kita lawan mereka!"

    "Sudah terlambat, Jon. Kita sudah jadi minoritas. Dulu saat mereka dengan getol menanamkan ideologi dan memperluas kekuasaan, kita cuma sekedar jadi orang baik. Ternyata itu tidak cukup."

    *cerita*
    ***********************
    _Di dunia ini setidaknya terdapat empat golongan orang dalam berislam :_

    *Golongan pertama*: _"orang Islam yang berilmu Islam, menjalankan Islam, berakhlaq Islam dan sangat perduli dengan urusan umat Islam."_

    *Golongan kedua* : _"orang Islam yang sedikit berilmu Islam, menjalankan Islam, tapi tidak perduli dengan nasib umat Islam."_

    *Golongan ketiga,* : _"orang Islam yang tidak mempunyai ilmu Islam, tidak menjalankan syariat Islam dan tidak perduli terhadap urusan Islam."_

    *Golongan keempat,*: _"orang Islam yang belajar Islam, menjalankan sebagian syariat Islam, suka mengkritik dan terkadang benci terhadap Islam dan umat Islam, dan tidak perduli terhadap urusan umat Islam."_

    _Sayangnya,_

    _golongan pertama adalah minoritas,_

    _sedangkan golongan kedua dan ketiga mayoritas,_

    _dan golongan keempat sedikit jumlahnya tapi besar bahayanya._

    Rasulullah bersabda :

    _"Barangsiapa tidak perduli terhadap urusan umat Islam, maka ia bukan dari golongan kita" (al-Hadith)_

    _*DR. Hamid Fahmy Zarkasyi*_
    (Wakil Rektor Universitas Darussalam Gontor Ponorogo)

    Apa benar ini postingan anda pak...
    Ditujukan untuk umat... Atau para pemimpin dan calon pemimpin...?
    Bukan kah rusaknya tatanan pemerintahan dikarenakan pemimpinnya...
    Atau anda salah alamat memposting perumpamaan di atas...? Anda seorang DR loh... Apakah selamanya bangsa ini akan terus seperti ini.... Sampai kapan akan ada pemimpin muslim yg amanah... Sehingga km sbg rakyat tidak terus menerus dikecewakan....? Rakyat selalu ingin memilih yang terbaik... Ingat itu pak.... Semoga anda dapat memahami... Tq

    BalasHapus
  3. masyaallah bagus sekali artikelnya sangat bermanfaat

    BalasHapus